Merawat Tradisi Lewat Ketupat: Pesona Kampung Ketupat di Samarinda Seberang

SAMARINDA.nusantaranews.info – Tradisi Lebaran Ketupat, yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, sebagai bagian dari syiar Islam di tanah Jawa, kini terus dilestarikan hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya, di Kota Samarinda, di mana tradisi ini dijadikan sebagai destinasi wisata edukatif yang menarik perhatian banyak pengunjung.

Lebaran Ketupat digelar seminggu setelah Idul Fitri, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada umat Muslim yang belum sempat bermaaf-maafan saat hari raya Idul Fitri. Tradisi ini memiliki makna yang mendalam. Kata “kupat” sendiri merupakan singkatan dari “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan, dan “laku papat”, yaitu empat langkah yang dilakukan setelah Ramadan, di antaranya puasa Syawal, zakat, silaturahmi, dan haji bagi yang mampu.

Baca Juga  Open House di Kediaman H.Widyasmoro Eko Prawito Tinggalkan kesan mendalam

Bentuk anyaman ketupat melambangkan kesalahan manusia yang rumit, sementara isinya yang putih menyimbolkan hati yang suci setelah mengakui kesalahan. Nilai religius dan budaya yang terkandung dalam tradisi Lebaran Ketupat menjadi sebuah warisan yang tak hanya diteruskan, tetapi juga dibudayakan di berbagai daerah.

Di Samarinda, semangat Lebaran Ketupat terlihat jelas di Kampung Ketupat, yang terletak di Jalan Mangkupalas, Kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang. Kampung ini dikenal sebagai sentra pengrajin ketupat terbesar di Kalimantan Timur. Terdapat 182 pengrajin yang mampu memproduksi 300 hingga 500 selongsong ketupat per hari.

Burhan, salah satu pengrajin berusia 62 tahun, menyatakan bahwa ia mampu menerima pesanan hingga 2.000 ketupat per minggu, terutama menjelang Lebaran. Ketupat yang dihasilkan dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp30.000 hingga Rp100.000 per ikat, dengan isi 100 buah per ikat. Pembeli datang tak hanya dari Samarinda, tetapi juga dari Bontang, Balikpapan, dan daerah lainnya.

Baca Juga  Himpunan Keluarga Sangala Samarinda Rayakan Nataru di Gereja Toraja Jemaat Moria

Bahan utama pembuatan ketupat adalah daun nipah yang didatangkan langsung dari Muara Sungai Mahakam. Produk ketupat tidak hanya dijual dari rumah, tetapi juga dipasarkan ke pasar tradisional dan rumah makan di Kota Samarinda.

Kampung Ketupat bukan hanya menjadi sentral produksi ketupat, namun juga menjadi destinasi wisata edukatif yang layak dikunjungi bersama keluarga. Di sini, pengunjung dapat belajar tentang cara pembuatan ketupat dan menikmati kekayaan budaya serta kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi ini.

Baca Juga  Persatuan Pengusaha Sembako Samarinda Ikuti Pawai Pembangunan Peringati HUT RI ke -78 Th

Dengan keberagaman budaya dan nilai religius yang kuat, Kampung Ketupat Samarinda tak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menjadi salah satu ikon budaya yang patut dibanggakan di Kalimantan Timur.

Penulis: Isw

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *