SAMARINDA.Nusantaranews.info — Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kutai Timur (Pilkada Kutim) 2024, pasangan calon Ardiansyah Sulaiman dan Mahyunadi mencatatkan keunggulan dalam survei terbaru LSI Strategi.
Pasangan ini sementara memimpin dengan tingkat elektabilitas mencapai 45,75%, jauh di atas pesaing utama mereka, Kasmidi Bulang dan Kinsu, yang memperoleh 34,75%. Sementara itu, sekitar 19,5% responden masih ragu atau belum menentukan pilihan.
Hasil survei ini diumumkan pada Minggu, 10 November 2024, dan merupakan rangkuman opini dari 600 responden yang diwawancarai tatap muka di seluruh wilayah Kutim pada periode 25-31 Oktober 2024. Dengan margin of error ±4,1%, survei ini dianggap cukup akurat untuk menggambarkan tren politik di daerah tersebut.
Menurut Fawzi Rachman, Direktur LSI Strategi, keunggulan elektabilitas yang dimiliki Ardiansyah Sulaiman dan Mahyunadi menunjukkan tingginya kepercayaan publik terhadap kinerja Ardiansyah sebagai petahana. “Dengan selisih elektabilitas sebesar 11%, pasangan Ardiansyah-Mahyunadi memperlihatkan posisi yang sangat kuat, mencerminkan kepercayaan publik yang solid terhadap mereka,” terang Fawzi.
Dukungan untuk Ardiansyah juga didorong oleh keberhasilan program kerja selama masa jabatannya. Sebanyak 45,49% responden menyatakan program kerja yang sukses sebagai alasan utama, diikuti oleh 32,38% yang merasa puas dengan kinerjanya, dan 15,57% yang mengapresiasi kepribadiannya. Hanya 1,23% responden yang menyatakan faktor kesamaan suku atau agama sebagai alasan memilih petahana.
Di samping popularitas personal, visi dan misi calon menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan. Survei LSI Strategi mencatat bahwa 45,5% pemilih di Kutim mengutamakan program kerja sebagai pertimbangan mereka, disusul kepribadian calon (19%) dan rekam jejak serta prestasi (16,5%). Fawzi menambahkan bahwa warga Kutim kini lebih kritis, memilih berdasarkan program yang konkret.
Dalam survei ini, infrastruktur muncul sebagai isu utama yang perlu segera diselesaikan. Sebanyak 48,75% responden menganggap masalah infrastruktur sebagai prioritas, dengan jalan rusak sebagai perhatian terbesar bagi 55,9% di antaranya. “Masyarakat menginginkan pemimpin yang mampu memberikan solusi nyata untuk masalah ini, bukan sekadar janji kampanye,” tegas Fawzi.
Menariknya, survei ini juga menggambarkan tingkat militansi pemilih di Kutim. Dari responden yang telah menentukan pilihan, 86,39% menyatakan tidak akan berubah pikiran hingga hari pemilihan. Alasan utama mereka adalah keyakinan kuat terhadap kandidat yang didukung.
Namun, politik uang masih menjadi sorotan di Kutim. Sebanyak 52,5% responden menganggap pemberian uang atau hadiah dari calon adalah hal yang wajar, sedangkan 44% lainnya menolak praktik tersebut. Dapil Kutim 3 memiliki tingkat penerimaan politik uang tertinggi (60%), sementara Dapil Kutim 4 mencatatkan tingkat penolakan tertinggi dengan 55,71%.
“Money politics tetap menjadi tantangan. Dibutuhkan edukasi politik agar pemilih memilih berdasarkan integritas dan kapabilitas calon, bukan sekadar iming-iming materi,” pungkas Fawzi.
Survei ini memberikan gambaran menarik tentang dinamika politik menjelang Pilkada Kutim 2024. Publik Kutim menginginkan pemimpin yang dapat memberikan perubahan konkret, terutama dalam perbaikan infrastruktur, dan menuntut kampanye yang bersih dari politik uang.