SAMARINDA.nusantaranews.info– Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University, bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengadakan workshop bertema “Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia, dan Biofuel: Peluang dan Tantangan”.
Acara yang diadakan di Ballroom Swissbell Hotel, Samarinda ini dihadiri oleh 126 peserta dari berbagai kalangan masyarakat, pada Kamis (13/6/2024).
Ketua Tim Pelaksana dan Guru Besar IPB University Prof. Dr. Erliza Hambali, menyatakan bahwa tujuan utama workshop ini adalah untuk mengidentifikasi produk-produk potensial dari sawit yang bisa dikembangkan di Indonesia, serta memahami peluang dan tantangan dalam pengembangan industri tersebut.
“Kalimantan Timur, sebagai salah satu dari 10 provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia, perlu meningkatkan nilai tambah sawit agar manfaatnya maksimal bagi masyarakat setempat,” ucap Prof. Erliza.
Menurut data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,38 juta hektar dengan total produksi CPO sebesar 48,24 juta ton dan PKO sebesar 9,65 juta ton. Industri kelapa sawit berkontribusi 3,5% terhadap PDB nasional dan menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang. Hilirisasi sawit diharapkan dapat mengolah CPO dan PKO menjadi produk bernilai tinggi seperti oleofood, oleochemical, dan biofuel, baik untuk ekspor maupun substitusi impor.
Prof. Dr. Erliza menyoroti beberapa tantangan dalam hilirisasi sawit di Kalimantan Timur, termasuk menarik investor, kesiapan pemerintah daerah, dan perbaikan infrastruktur.
“Menarik investor, kesiapan pemerintah daerah, dan perbaikan infrastruktur adalah tantangan utama yang harus diatasi,” tambahnya.
Wakil Rektor I Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Lambang Subagiyo, menekankan pentingnya sawit bagi Kalimantan Timur, baik untuk ekonomi maupun penelitian.
“Sawit adalah sumber pendapatan daerah dan potensi peningkatan keilmuan masyarakat. Universitas Mulawarman berkomitmen meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sawit,”terangnya.
Wakil Dekan I Bidang Akademik Faperta Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Bernatal Saragih, menyebut sawit sebagai komoditas utama non-migas yang menyumbang devisa di Kalimantan Timur.
“Sawit memberikan peluang pertumbuhan ekonomi, terutama di masa pandemi, di mana sektor pertanian tumbuh 16% berkat sawit,” katanya.
Universitas Mulawarman telah melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan produk sawit, seperti sawit merah dan isolasi beta karoten.
“Kami telah mempublikasikan penelitian terkait sawit merah dan isolasi beta karoten. Banyak inovasi yang kami lakukan untuk pengembangan sawit di Kalimantan Timur,” lanjut Prof. Bernatal.
Workshop ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya hilirisasi sawit serta demonstrasi pengolahan produk hilir sawit yang mudah diproduksi ulang. Kegiatan ini didukung oleh BPDPKS sebagai sponsor utama dan Universitas Mulawarman sebagai mitra pelaksana di Samarinda.
Dengan adanya kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, diharapkan nilai tambah, perekonomian, penerimaan negara, substitusi impor, investasi, devisa, dan penyerapan tenaga kerja lokal dapat meningkat. Hilirisasi juga diharapkan mampu mengoptimalkan penyerapan hasil produksi petani rakyat.